Setelah Tiga Taman Digabung: Warga Jaksel Keluhkan Maraknya Pengamen
Alih-alih menikmati suasana ruang terbuka hijau yang lebih luas dan terintegrasi, warga Jakarta Selatan kini justru menghadapi tantangan baru. Setelah tiga taman di wilayah tersebut resmi digabungkan menjadi satu kawasan terpadu, muncul keluhan dari pengunjung terkait meningkatnya jumlah pengamen yang dinilai mengganggu kenyamanan.
Integrasi Taman: Gagasan Baik yang Butuh Penyesuaian
Langkah pemerintah kota dalam menggabungkan tiga taman—Taman Langsat, Taman Barito, dan Taman Ayodya—sebenarnya mendapat apresiasi positif di awal. Penggabungan ini bertujuan menciptakan ruang terbuka yang lebih luas, multifungsi, dan ramah komunitas. Harapannya, warga bisa berolahraga, bersantai, atau berkegiatan seni dalam suasana yang lebih sejuk dan teratur.
Namun seiring berjalannya waktu, muncul persoalan yang tak terduga: kehadiran para pengamen yang makin masif. Jika sebelumnya pengamen hanya muncul di titik-titik tertentu, kini mereka berpindah-pindah di area taman yang telah terhubung, menyebabkan gangguan lebih meluas.
Suara Pengunjung: “Kami Ingin Ketertiban!”
Beberapa pengunjung mengungkapkan kekesalannya. Rina (35), seorang ibu yang kerap membawa anak-anaknya ke taman, mengatakan bahwa ia merasa tidak nyaman ketika pengamen datang silih berganti mendekati pengunjung yang sedang duduk.
“Kadang mereka maksa, kalau nggak dikasih malah ngomel. Saya jadi was-was bawa anak kecil ke sini,” keluhnya.
Senada dengan itu, Haris (27), pegiat fotografi yang biasa berburu gambar di taman, merasa suasana taman jadi tidak kondusif.
“Taman ini semestinya jadi tempat relaksasi. Tapi sekarang malah sering terganggu suara keras dari alat musik yang tidak terkontrol,” ujarnya.
Perlu Tindakan Tegas dan Solusi Kolaboratif
Menanggapi keluhan ini, beberapa warga berharap pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) lebih rutin melakukan patroli. Pengaturan zona hiburan, atau ruang ekspresi seni yang terpisah dan memiliki jadwal jelas, juga dianggap sebagai solusi win-win yang patut dipertimbangkan.
Pemerhati tata kota, Andi Wibowo, menilai bahwa perencanaan ruang publik harus selalu memikirkan potensi munculnya interaksi sosial yang kompleks, termasuk keberadaan pengamen.
“Mengusir bukan solusi utama. Tapi mengatur dan memberi ruang yang tepat untuk berekspresi bisa mengurangi konflik antar pengguna taman,” jelasnya.
Menata Ulang Harapan
Taman kota sejatinya milik semua kalangan. Namun, agar tetap menjadi ruang bersama yang aman dan nyaman, perlu ada aturan main yang jelas. Setelah penggabungan tiga taman ini, tantangan baru seperti maraknya pengamen harus menjadi catatan penting bagi pengelola dan pemangku kebijakan.
Dengan penataan dan pengawasan yang tepat, harapannya taman gabungan ini bisa benar-benar menjadi oase hijau yang inklusif, aman, dan membahagiakan bagi seluruh warga Jakarta Selatan.