Prabowo Bongkar Strategi: Indonesia Adopsi Dua Jurus Emas Singapura
Presiden Prabowo Subianto kembali menjadi sorotan publik usai mengungkap bahwa Indonesia akan mengadopsi dua kebijakan kunci dari Singapura yang dinilai sukses besar dalam memajukan negara. Strategi ini disebut sebagai bagian dari pendekatan pragmatis yang ingin mempercepat kemajuan Indonesia di era global yang semakin kompetitif.
Belajar dari Negeri Tetangga yang Sukses
Dalam sebuah wawancara terbaru, Prabowo menyatakan kekagumannya terhadap keberhasilan Singapura dalam membangun sistem pemerintahan yang efisien dan pelayanan publik yang unggul. Menurutnya, tidak ada salahnya Indonesia meniru hal-hal yang terbukti efektif di negara lain, selama itu dapat disesuaikan dengan kondisi dalam negeri.
“Singapura kecil tapi disiplin, tertib, dan bisa memberikan layanan terbaik untuk rakyatnya. Kita harus belajar dari keberhasilan mereka,” ujarnya.
Dua Kebijakan Kunci yang Akan Diadopsi
Prabowo menyebut dua kebijakan yang menjadi fokus adopsi:
1. Model Pelayanan Publik Terpadu
Singapura dikenal dengan sistem birokrasi yang cepat, efisien, dan bebas pungli. Melalui platform digital dan integrasi antarinstansi, layanan publik di sana hanya memerlukan waktu singkat untuk menyelesaikan berbagai urusan administrasi.
Prabowo berencana menerapkan sistem serupa di Indonesia, dimulai dari pelayanan dasar seperti kependudukan, kesehatan, dan pendidikan. Proyek ini akan melibatkan transformasi digital besar-besaran dan pelatihan aparatur sipil negara.
2. Investasi di Sumber Daya Manusia dan Riset Teknologi
Salah satu kekuatan Singapura adalah investasi masif dalam pendidikan, pelatihan vokasi, dan riset teknologi. Prabowo menilai bahwa membangun SDM unggul adalah syarat utama bagi Indonesia agar tidak tertinggal.
Ia menyebut bahwa pemerintahannya akan fokus meningkatkan anggaran pendidikan dan membangun lebih banyak pusat riset yang terintegrasi dengan industri nasional.
Adaptasi Bukan Sekadar Meniru
Meski terinspirasi dari Singapura, Prabowo menegaskan bahwa pendekatan Indonesia tidak akan meniru mentah-mentah. “Kita punya budaya, skala, dan tantangan yang berbeda. Kita akan adaptasi dengan cerdas dan kreatif,” katanya.
Pendekatan ini menunjukkan pergeseran paradigma kebijakan luar negeri dan pembangunan nasional dari yang sebelumnya terlalu berfokus pada keunikan lokal, menjadi lebih terbuka terhadap model-model global yang terbukti berhasil.
Tantangan dan Harapan
Sejumlah analis menyambut baik langkah ini, namun juga mengingatkan adanya tantangan dalam implementasi. Reformasi birokrasi dan penguatan SDM bukan hal instan, apalagi dalam sistem yang masih sarat resistensi perubahan.
Meski demikian, publik menaruh harapan besar bahwa strategi “meniru yang berhasil” ini bisa menjadi jalan pintas menuju transformasi Indonesia yang lebih cepat dan terukur.
Langkah Prabowo menunjukkan bahwa di era keterbukaan informasi dan globalisasi, meniru bukanlah kelemahan, tetapi strategi cerdas—asal disertai adaptasi dan keberanian mengeksekusi. Jika diterapkan dengan konsisten, dua “jurus emas” Singapura ini bisa menjadi fondasi revolusi birokrasi dan pendidikan Indonesia dalam lima tahun ke depan.