Gibran Soroti Ekonomi Halal: Kunci Transformasi Ekonomi RI
Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, kembali menjadi sorotan publik setelah menyampaikan pandangannya mengenai peran penting ekonomi halal dalam mendorong Indonesia menuju status negara maju. Dalam sejumlah kesempatan, Gibran menekankan bahwa sektor ekonomi halal bukan sekadar potensi alternatif, melainkan pilar utama yang harus dioptimalkan dalam pembangunan nasional.
Potensi Besar yang Belum Tergarap Maksimal
Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Ironisnya, kontribusi Indonesia terhadap industri halal global masih tertinggal dari negara-negara lain seperti Malaysia, Uni Emirat Arab, hingga Brasil. Gibran melihat hal ini sebagai peluang strategis yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Menurutnya, ekonomi halal tidak hanya terbatas pada makanan dan minuman, tetapi juga mencakup sektor fesyen, farmasi, kosmetik, pariwisata, hingga keuangan syariah. “Kita punya potensi luar biasa. Tapi kalau tidak dimaksimalkan dari sekarang, kita akan terus jadi pasar, bukan pemain,” ujar Gibran dalam salah satu forum ekonomi.
Dukungan terhadap Ekosistem Halal
Gibran juga menyoroti pentingnya membangun ekosistem halal yang kuat dan terintegrasi, mulai dari hulu hingga hilir. Ia mendorong kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, UMKM, lembaga sertifikasi halal, dan institusi pendidikan agar pertumbuhan sektor ini berjalan berkelanjutan.
Digitalisasi dan inovasi juga menjadi sorotan utama. “Anak-anak muda punya peran penting dalam menciptakan startup halal, aplikasi keuangan syariah, bahkan produk kreatif berbasis nilai-nilai halal. Ini bukan hanya tentang agama, tapi juga tentang etika, kualitas, dan daya saing global,” tambah Gibran.
Strategi Menjadi Negara Maju
Mengutip laporan Global Islamic Economy Indicator (GIEI), nilai ekonomi halal global diprediksi akan terus tumbuh dan mencapai ribuan miliar dolar AS dalam beberapa tahun ke depan. Jika Indonesia mampu merebut pangsa pasar yang lebih besar, ini akan memperkuat ketahanan ekonomi nasional dan membuka jutaan lapangan kerja baru.
Gibran percaya bahwa penguatan ekonomi halal bisa menjadi jalur percepatan untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Ia juga menyarankan agar riset dan pengembangan produk halal diperluas, serta dukungan pembiayaan syariah diperkuat, terutama bagi UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Menuju Arah Kebijakan yang Inklusif
Gibran menegaskan bahwa arah kebijakan ke depan tidak boleh elitis, tetapi inklusif dan pro-rakyat. Pengembangan ekonomi halal, menurutnya, harus bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat — dari pelaku usaha kecil di desa hingga perusahaan besar di kota metropolitan.
“Transformasi ekonomi bukan hanya soal angka pertumbuhan, tapi bagaimana kita memastikan masyarakat ikut naik kelas. Ekonomi halal adalah salah satu kuncinya,” pungkasnya.
Pernyataan Gibran membuka babak baru dalam narasi pembangunan nasional. Visi ini menempatkan ekonomi halal bukan hanya sebagai isu sektoral, melainkan sebagai strategi jangka panjang menuju kemandirian dan kemajuan Indonesia. Apakah Indonesia siap menjadi pusat ekonomi halal dunia? Waktu yang akan menjawab — namun satu hal pasti: langkah konkret harus dimulai dari sekarang.